KETIKA KAMU MERASA TIDAK RUPAWAN
Ketika seseorang
bertanya padamu, “Apa kelebihanmu?”.
Kurasa kamu akan
menjawab dengan berbagai kata sifat seperti “rajin, pendengar yang baik, setia,
dan sebagainya”. Sebenarnya tidak salah juga, tetapi pasti sangat jarang orang
yang menjawab dengan “rupawan”. Ya, hampir kebanyakan dari kita tidak percaya
diri dengan bentuk fisik kita.
Kalau aku bertanya,
“Apa yang ingin kamu ubah dari tubuhmu?”.
Pasti banyak dari
kita yang akan menjawab, “Aku ingin lebih tinggi”; “Aku ingin hidungku lebih
mancung”; “Aku berharap mataku lebih besar”; dan lain sebagainya.
Lalu kalau aku
bertanya lagi, “Menurutmu, cantik/tampan itu bagaimana, sih?”
Pasti beberapa dari
kita akan menjawab, “Putih, tinggi, langsing/berotot, muka cakep, dan
sebagainya”.
Apa yang kita
katakan sebenarnya tidak salah, tetapi juga tidak sepenuhnya benar. Pengaruh
media sekarang memang sangat mengubah persepsi kita terhadap image rupawan, tidak memandang laki-laki
atau perempuan. Seharusnya, bukan berarti kalau kita tidak berkulit putih, maka
kita tidak cantik atau tampan. Jika kita tidak tinggi, maka kita langsung
dikategorikan sebagai orang yang tidak menarik.
Sebenarnya, jika
kita mengikuti standar media, maka hal itu tidak akan ada habisnya. Seiring
perkembangan zaman, standar rupawan juga berubah-ubah. Ambil contoh ketika era
tahun sebelum 2000, orang-orang yang rupawan adalah mereka yang bertubuh padat
dan berambut gelombang. Tetapi, di tahun-tahun terakhir mendekati 2020 ini,
standar rupawan berganti menjadi mereka yang bertubuh kurus dan berambut lurus.
Dengan perubahan tersebut, apa kamu akan mengikuti dan terus update? Tentu tidak, bukan?
Menurutmu, apa
tolok ukur kamu dapat mengatakan dirimu rupawan? Pujian dari orang lain? Sebenarnya, jangan pernah mengukur
kecantikan atau ketampananmu dari banyaknya pujian dari orang lain! Jangan
pernah! Kenapa aku berkata begitu? Karena ketika kamu tidak mendapat pujian
dari orang lain, maka kamu akan merasa rendah diri dan tidak berharga!
Lagipula, di saat-saat sekarang, aku mendapati pujian dari segi fisik itu
kebanyakan hanyalah bentuk dari basa-basi. Itu adalah upaya beberapa orang
untuk menjilat orang lain. Apa perkataanku terdengar sinis? Iya, memang aku
juga sedikit sinis menanggapi hal ini.
Kenapa aku bisa
mengatakan hal itu? Karena terkadang aku iseng melihat foto orang yang dipuji
cantik/tampan itu, dan sejujurnya terkadang aku tertawa dan mau tidak mau
membandingkan dengan diriku. Mereka terlihat biasa saja, bahkan mungkin tidak
lebih cantik dariku tetapi orang lain memuji-mujinya. (Mungkin aku juga terlalu
pede, sih). Tapi coba pikirkan, dengan mendapat pujian dari banyak orang
tentang cantik/tampannya dirimu, apa yang kamu peroleh selanjutnya? Uang?
Pekerjaan? Buku-buku yang bagus? Tidak ada, kan? Paling tidak satu-satunya yang
kamu dapatkan hanyalah pemuas rasa egomu yang ingin dipuji.
Maaf, aku bukannya
mengatakan kamu adalah orang yang egois, atau bagaimana. Hanya saja, jangan pernah meletakkan rasa percaya dirimu dari perkataan
orang lain. Itu sangat berbahaya, itu sangat rapuh. Hal ini membuat
beberapa orang berpikir, “Kalau aku tidak pernah dipuji, apa berarti aku tidak
cantik/tampan?”
No, Dear. Jangan pernah
berpikir begitu, karena rupa fisik itu sangat subjektif. Setiap orang itu
memiliki perspektif berbeda mengenai cantik/tampan. Ada orang yang menilai si X
adalah orang yang cantik, sedangkan menurut orang lain lagi X biasa saja.
Cantik atau tampan itu benar-benar relatif dan tidak bisa diukur dengan skala
yang pasti seperti matematika.
Seumur hidupku, aku
sangat menyesal membuang waktu memikirkan tentang kenapa tidak ada yang memuji
tentang rupaku. Meski tidak ada orang yang mengataiku jelek, tapi kalau tidak
ada yang memujiku cantik, aku tetap merasa sedih. Bodohnya, aku menghabiskan
hampir sepanjang hidupku memikirkan hal ini. Hal yang sangat tidak penting dan
seharusnya dapat kualokasikan waktu yang berharga ini untuk menciptakan karya
yang lebih bernilai. Hingga aku tiba di suatu titik, membuat sebuah kalimat penghibur
dan penguat bagi diriku.
Aku tidak butuh dipuji orang lain untuk
merasa cantik. Sebenarnya, standar cantik yang kupunya jauh lebih tinggi
daripada kebanyakan orang. Kenapa tidak aku kejar saja standarku itu dan
menghargai diriku sendiri dengan layak? Anggap saja, standar mereka itu hanya
sampai angka 10, dan standarku itu berada di angka 12…
Aku ingin menjadi cantik dengan caraku,
dengan standarku. Sementara standar mereka tidak berlaku untukku.
Kemudian, ada
beberapa hal lain lagi yang penting. Hidup kita tidak melulu tentang penampilan
yang rupawan. Hidup kita lebih dari itu. Hidup kita sama sekali tidak
didefinisikan dari bentuk rupa kita. Percayakah kamu, bahwa sifat dan sikap
juga sangat berpengaruh? Bayangkan saja, kamu bertemu dengan seseorang yang
sangat cantik atau tampan, tapi attitude-nya
minus. Pasti kamu langsung illfeel,
kan? Ya, secantik atau setampan apa pun seseorang, kalau perilakunya buruk,
semua itu tidak akan berguna. Jadi seakan penampilan yang indah itu tertutup
semua dengan keburukan tersebut.
Aku pernah bertemu
beberapa orang yang mematahkan argumen soal rupawan ini. Jadi, secara fisik
mereka tampak biasa saja. Tetapi, ada beberapa hal yang membuatku justru betah
berlama-lama dan sangat menyukai mereka. Mari kita ambil contoh, ada temanku
yang sangat menyenangkan, jadi saat dia tertawa aku pun tertular emosi positif
yang dimilikinya. Andai saja aku adalah lawan jenis, mungkin aku akan sangat
terpikat padanya.
Ada juga orang yang
secara penampilan biasa saja, tetapi karena bakatnya dalam bermain alat musik,
tampannya bisa bertambah berkali-kali lipat. Orang-orang seperti ini yang
justru membuat rasa cinta kita bertahan lama pada mereka.
Memang, merawat
fisik itu perlu. Tapi lakukan semua itu untuk dirimu sendiri, bukan orang lain.
Ada salah satu temanku pernah berkata padaku, sebenarnya kita tampil cantik itu
bukan sekadar untuk cantik, tapi itu lebih kepada wujud apresiasi kita pada
diri sendiri. Aku setuju. Seharusnya semua orang memiliki mindset seperti ini.
Jadi berdasarkan
pengalamanku, ada beberapa hal yang dapat kita lakukan, antara lain:
1. Memperhatikan penampilan seperlunya, karena orang lain akan menilai kita dari penampilan pertama kali.
Tidak harus kalian menjadi sangat cantik dan tampan seperti dewa-dewi kahyangan. Tetapi setidaknya, jaga penampilan agar tetap rapi, enak dipandang, serta wangi.
2. Buat target pribadi untuk berkembang
menjadi The Best Version of You!
Apa yang ingin kamu capai secara maksimal? Kamu bisa mempercantik atau
mempertampan diri dengan caramu, nikmati prosesnya dengan fun! Tidak ada hal yang instan di dunia ini.
Sambil merawat diri sendiri, kembangkan juga hal-hal lain yang kamu
inginkan. Ambil contoh kamu ingin mengembangkan bakatmu di bidang musik, seni
atau bahkan pelajaran. Terus asah kemampuanmu!
3. Lakukan Me Time!
Hiduplah dengan santai, hidup ini tidak selalu tentang pencapaian dan
prestasi. Terlalu banyak berlari akan membuatmu kelelahan sendiri secara
mental. Sebagai manusia, sangat wajar untuk beristirahat dan berlibur. Hidupmu
masih sangat panjang. Dalam beberapa hal jangan selalu menerapkan tentang
“tidak ada hari esok”. Pilah beberapa hal yang perlu dilakukan dengan
sebaik-baiknya, serta beberapa hal yang dikembangkan dalam jangka panjang.
Kesehatan mental sangat penting untuk dijaga.
4. Buat target untuk improve sifat dan sikap.
Fisik sudah, kemampuan dan bakat sudah, kesehatan mental juga sudah,
sekarang pertimbangkan sifat dan sikap seperti apa yang ingin kamu punya. Kamu
ingin menjadi orang yang lebih sabar? Menjadi orang yang penuh cinta kasih pada
sesama? Atau kamu ingin menjadi orang yang lebih empati pada orang lain?
Berlatihlah setiap hari! Menjadi orang yang sangat baik memang tidak
akan bisa dalam waktu singkat. Tetapi setidaknya setiap hari kamu selalu
berproses.
Sebenarnya, kamu
justru bisa mendapatkan banyak manfaat dari proses ini. Mari, kita sama-sama
belajar menjadi versi terbaik diri kita masing-masing. Perjalanan kita masih
panjang, jadi ada baiknya kita terus berjuang dan bersemangat. Semoga catatanku
ini dapat memberimu semangat ya! :)
5 Mei 2020
Komentar
Posting Komentar