Resensi Novel Remedy karya Biondy Alfian






Judul Buku                  :           Remedy

Penulis                        :           Biondy Alfian

Penerbit                      :           Ice Cube Publisher, Penerbit KPG

Tahun Terbit                :           2015

Jumlah Halaman          :           207 halaman

ISBN                          :           978-979-91-0818-0



Novel ini diceritakan melalui dua sudut pandang, yaitu sudut pandang orang pertama dengan tokoh Tania dan sudut pandang orang ketiga yang fokusnya lebih kepada Navin.

Remedy mengisahkan tentang seorang gadis bernama Tania yang duduk di bangku kelas XI di sebuah sekolah di Surabaya. Sehari-hari ia adalah gadis yang cukup ceria meski tidak punya teman dan agak pendiam. Ia menjadi gadis pendiam bukan tanpa alasan, melainkan karena ia telah kehilangan ibunya. Maka hanya tersisa dirinya dan ayahnya yang tidak menyayanginya.

Suatu hari, ketika pulang sekolah seusai menggantikan temannya (Viki) piket, ia menemukan sebuah dompet. Dompet itu milik seorang pria yang bernama Budi Sanjaya. Setelah dibongkar lebih lanjut, rupanya dompet tersebut juga milik seorang pria bernama Navin Naftali. Sebab, di dalamnya terdapat dua KTP dengan data yang sama namun nama yang berbeda.

Navin yang kehilangan dompet beserta KTP-nya merasa panik, sehingga ia mencari dompet itu tanpa henti sampai ia bertemu dengan Tania yang baru saja mengembalikan dompetnya diam-diam.

            Untuk kelanjutan cerita, kalian bisa membelinya sendiri... :D
 

Kekurangan :

Saya menyimpulkan beberapa poin kekurangan novel ini, meski tak sebanyak kelebihannya.

Pertama, di beberapa bagian novel Remedy ini terdapat kata-kata yang tak perlu. Sebagai contoh, pada halaman 8 terdapat kata-kata “kutekan saklar itu ke bawah”, alangkah baiknya apabila kalimat tersebut diubah menjadi “kutekan saklar itu”. Karena rata-rata saklar lampu memang ditekan ke bawah, kecuali si tukang memasangnya terbalik. (Hehe… :D)

Kedua, ending novel ini sebenarnya kurang memuaskan. Hubungan Navin dan Tania serasa menggantung, karena mereka tidak segera berpacaran. Mau tak mau, saya sebagai pembaca menyimpulkan sendiri bahwa Navin dan Tania dalam waktu dekat pasti menikah. J

Lalu, di beberapa bagian juga terdapat typo. Untungnya jumlahnya tak banyak, jadi sama sekali tidak mengganggu ketika sedang asyik membaca.

Terakhir, kalau boleh jujur menurut saya konflik yang dihadapi Navin terlalu sederhana jika sampai-sampai dia mengganti nama. Memang sih, setiap orang pasti malu apabila sampai tidak naik kelas dan tidak lulus ujian. Yah, mungkin memang Navin orang yang lebih sentimental. :D

Kelebihan :

Kemudian poin kelebihannya. Pertama, secara keseluruhan ceritanya tetap bagus dan nyaman-nyaman saja dibaca.

Selanjutnya, sinopsis di cover belakang novel benar-benar menarik. Saya sungguh penasaran dengan ceritanya setelah membaca sinopsis di sampul belakang, dan akhirnya saya membeli novel ini. ^^

Terus, cerita di novel Remedy ini terasa mengalir dan ekspresif. Saya bisa “melahap” buku ini dalam sehari, padahal beberapa waktu lalu minat baca saya sempat hilang. (T.T) Diksinya pun sederhana dan mudah dimengerti.

Penggambaran karakter juga bagus dan unik. Tania yang cukup ceria padahal ia memiliki masalah dengan ayahnya hingga ia mengidap self-harm.

Navin yang cool dan perhatian, terutama pada Tania. Meski usianya di atas rata-rata, tapi ia tetap mau bersekolah dan menyelesaikan pendidikannya. Ia begitu pantang menyerah.

Viki, sahabat mereka berdua. Gadis yang centil namun tegas dan cekatan dalam bekerja, sungguh perpaduan yang keren. Awalnya ia menyukai Navin, tapi akhirnya dia malah mendukung Navin bersama Tania. :*

Ada pula Tante Ratna yang kalem namun jago karate. Papa Tania yang terlihat baik di luar dan ternyata di dalam sangat mengerikan. Papa Navin yang tegas dan nampak dingin, tapi sebenarnya baik. Dan masih banyak lagi…

Terakhir, meski konflik yang Navin alami terasa agak sepele, konflik yang dialami Tania dikemas dengan apik dan cukup rumit.



Novel ini mengajarkan pada kita untuk segera bertindak dan mengatasi masalah, tidak baik memendam masalah sendirian. Kita dapat melihat akibatnya seperti yang dialami Tania.

Lalu mengingatkan kita agar lebih bertanggung jawab, seperti yang dilakukan oleh Navin. Ia bersekolah lagi dari awal demi masa depannya. Bahkan, ia rela berkorban untuk Tania, dengan kuliah sambil bekerja, lalu pria itu berjuang agar lulus SMA dengan nilai memuaskan. Selain tanggung jawab, ketulusan juga berperan di sini.

Dengan demikian, saya memberi rate 4 untuk cerita ini. Bagaimanapun saya tetap merasa puas setelah membaca novel ini hingga akhir…

Komentar

Postingan populer dari blog ini

My First Solo Traveling Express to Batu, Malang (Ketika si Terisolasi Keluar dari Cangkangnya)

KETIKA KAMU MERASA TIDAK RUPAWAN