My First Solo Traveling Express to Batu, Malang (Ketika si Terisolasi Keluar dari Cangkangnya)
Ini adalah kali pertamaku
menginjakkan kaki di luar Surabaya sendirian dengan rencana ekspres yang
mendadak. Semua hal yang menekan dan memuakkan membuatku memutuskan berlibur
sejenak keluar dari kota yang panas ini. Juga aku pernah menemukan kalimat yang
kira-kira bunyinya seperti ini: “Lebih baik mengeluarkan uang untuk pengalaman dibanding
menghabiskan uang untuk membeli barang”. Fix tekadku langsung bulat untuk cari
hari berlibur keluar kota. Karena sedari dulu aku sangat menyukai tempat yang
dingin, kemudian butuh yang dekat agar tidak memakan banyak waktu, maka
pilihanku jatuh pada kota Batu, Malang. Dengan bermodalkan uang seadanya dan
sedikit keberanian, aku pun memesan tiket kereta api pada hari Jumat, 3 Mei
2019.
Destinasiku sebenarnya
tidak begitu terencana dengan baik. Aku mengagendakan tempat yang harus kutuju
terutama adalah Pawvilion, Dog Café. Tetapi aku juga sangat ingin jalan-jalan
di Batu yang notabene lebih dingin dibanding di Malang. Sementara Pawvilion
terletak di Malang, jadi aku harus pintar-pintar menyusun destinasi mana yang
terbaik untuk dikunjungi. Berhubung Jatim Park tidak cukup dikunjungi hanya
beberapa jam, maka aku tidak memilihnya. Setelah beberapa lama berselancar di
internet untuk mencari rekomendasi tempat yang layak dikunjungi, akhirnya aku
memilih Kusuma Agrowisata, alun-alun kota Batu, dan terakhir baru di Pawvilion.
Aku hanya memilih tiga tempat itu karena waktu yang kupunya hanya satu hari. Kubutuh
waktu kilat untuk menjernihkan pikiran.
Oh ya, beberapa persiapan
yang kulakukan sebelum solo traveling
ini antara lain memakai pakaian berlapis-lapis dan celana panjang, membawa satu
tas ransel kecil serta tas pinggang, juga smartphone
dan powerbank. Menurutku yang paling
penting dibawa ketika bepergian ke luar kota sendirian adalah powerbank yang terisi penuh dan tas
pinggang. Powerbank akan membantu
hape kita untuk selalu terisi dayanya dan memudahkan kita berkomunikasi. Sementara
itu tas pinggang sangat penting untuk membawa dompet dan hape, kemudian
memperkecil kemungkinan barang berharga kita dicuri. Yah, seharusnya ini sudah
menjadi rahasia umum bagi orang yang suka bepergian (apalagi yang sendirian).
Begitu tiba di stasiun
kota Malang, aku ditawari banyak supir taksi atau pun ojek. Mereka bertanya
tujuanku dan kujawab saja ke Agrowisata. Harga yang dipasang mereka sejujurnya
sangat tinggi bagiku, sedangkan budget
yang kusediakan bukan hanya untuk melakukan perjalanan. Sehari sebelumnya aku
juga mempertimbangkan top up saldo
OVO untuk menggunakan ojek online Grab (bukan promosi). Aku memang
mempertimbangkan lebih baik naik Grab dibanding pusing-pusing naik kendaraan
lain. Setelah melewati alot-nya tolak
menolak dengan ojek-ojek di stasiun, aku pun menjauh dari stasiun dan memesan
ojek online. Salah satu hal yang aku
kurang suka dari berpetualang sendirian ini adalah ketika ditawari ojek-ojek di
stasiun ini. Kenapa mereka ngotot sekali, harganya pun tiga kali lipat dari
yang kulihat di aplikasi. Aku paham mereka memang mencari rezeki dan perjalanan
yang jauh memang mahal, tapi tetap saja aku kurang suka sikap memaksa mereka.
Lewati bagian di stasiun,
kemudian aku pun menuju Agrowisata. Perjalanan cukup jauh dan memakan waktu
satu jam-an lebih (aku tiba di stasiun Malang sekitar pk 09.38). Begitu sampai di
Agrowisata, aku memilih paket wisata petik jeruk dan jambu. Harga tiketnya
sekitar Rp 50.000,-. Yang didapatkan antara lain memetik tiga buah jeruk, tiga
buah jambu, masuk Waterpark dan satu tempat lagi tapi aku lupa namanya, dan jus
gratis (sayangnya aku tidak tahu di mana tempat ambil jus gratis *sob). Berjalan-jalan
sendirian kuakui sangat menyenangkan karena kita benar-benar dapat menikmati
waktu hening dan tidak perlu capek-capek meladeni orang bicara. Berlibur sendiri
juga menyenangkan karena kita tidak perlu bingung menentukan tujuan yang jelas
dan mempertimbangkan orang lain. Tapi setelah beberapa lama aku berkeliling
sendirian, aku merasa kesepian juga. Hehe. Kelemahannya solo traveling jugalah kita kesusahan untuk mengambil gambar diri
kita, apalagi aku orang yang paling malas (baca: pemalu) untuk minta tolong
orang ambilkan foto. Alhasil aku hanya dapat ber-selfie atau mencari cermin kalau mau foto. Sisanya aku hanya foto
objek-objek yang kuanggap menarik.
Setelah puas berkeliling Kusuma
Agrowisata dan membeli oleh-oleh berupa tanaman kaktus dan sari apel, aku
langsung buru-buru memesan ojek online menuju alun-alun Batu. Aku terus menghitung
perkiraan kalau dari Malang ke Batu jauh, maka dari itu harus memilih cara
efektif yaitu bermain di Batu sampai puas baru kembali Malang sekalian pulang
ke stasiun yang juga berada di Malang. Kelemahannya berlibur kilat ini jugalah
aku harus buru-buru mengejar waktu karena aku harus sudah tiba di stasiun
Malang saat sore sekitar pukul empat setengah lima.
Untung saja dari Kusuma
Agrowisata menuju alun-alun tidak begitu jauh, setidaknya urutan tempat yang
kupilih cukup efisien waktu. Begitu sampai di alun-alun aku hanya makan bakso
lalu langsung pergi lagi menuju Pawvilion. Aku memilih bakso dengan random di Batu Plasa karena dari yang
kudapat di internet, kota Malang terkenal akan baksonya. Di Batu Plasa, aku
mendapat bakso seharga Rp 15.000,- per porsi. Baksonya cukup enak dan porsinya
banyak. Tapi saat itu di alun-alun tidak begitu ramai, mungkin karena saat aku
berkunjung masih masa puasa ya (?).
Selesai makan bakso, aku
pun kembali meng-order ojek online dan menuju ke Pawvilion. Aku sangat
penasaran dan ingin mengunjungi café dengan konsep anjing peliharaan seperti
ini sedari lama. Setelah berbulan-bulan hanya dapat lihat di media sosial,
akhirnya kesampaian juga ke sana. Di Pawvilion ini aku kembali memesan makanan,
padahal masih kenyang (saat itu aku sedang diet T__T), tapi akhirnya aku
makan juga XD. Aku pun pesan salted egg fried chicken, dan minuman rasa apel (kulupa namanya). Sembari makan aku
melihat-lihat sekitar, secara desain, tempat ini cukup baik dan serasa rumahan.
Anjingnya banyak dan lucu-lucu, sayangnya aku tidak sempat mengelus banyak
anjing. Aku ingat hanya ada satu anjing yang bisa kuelus, berhubung dia
mendatangiku duluan. Namanya Angelo, sepertinya anjing ras Golden Retriever
(kalau tidak salah ingat). Anjing ini sudah dewasa, dan sangat menyenangkan. Buktinya
dia mendatangi semua customer di
mejanya, termasuk aku yang hanya diam padahal sangat ingin bermain dengan
anjing-anjing. Saat aku datang ke Pawvilion ini, meja sebelahku diduduki
sekumpulan anak-anak yang lebih muda dariku, sepertinya masih SMA. Aku yang
makan sendirian pun merasa merana (dan aku akui kesepian).
Sebenarnya aku sangat
ingin berfoto dengan Angelo, sayang saja aku terlalu sungkan untuk minta tolong
pada penjaga café. Akhirnya aku pun harus merelakan keinginanku itu. Tapi aku
berjanji akan datang lagi ke tempat itu (tentunya dengan orang lain) dan
mengambil foto dengan anjing-anjing lucu tersebut. Merasa cukup bermain dengan
Angelo dan berhubung makananku sudah habis, aku langsung membayar makanan dan
memesan ojek untuk kembali ke stasiun.
Di perjalanan pulang ini
suasana lebih tenang dan aku dapat langsung istirahat di gerbong, mungkin juga
efek kelelahan. Orang yang duduk di sebelahku cantik dan aku sempat berbincang
sedikit dengannya. Tadi ketika berangkat, sebelahku kosong. Setelah dua jam,
aku sampai di Surabaya dan langsung mengendarai motor pulang.
Sejujurnya dari liburan
ekspres ini, bukannya segar, aku makin lelah. Tapi aku tidak menyesal, solo traveling ini adalah hal yang
menyenangkan. Setidaknya sebagai manusia, kita butuh pengalaman liburan di
tempat yang asing seorang diri. Hal itu adalah pengalaman yang berharga. Terutama
ini sangat melatihku untuk lebih berani, terutama aku ini tipe orang yang
sangat terisolasi dan penakut. Tetapi, dari yang kualami hari ini, aku tahu
bahwa aku tidak akan sering-sering solo
traveling, karena aku merasa kesepian. Meski introvert, aku ini tipe orang
yang sangat suka berbicara, jadi ketika berlibur seperti ini, tidak ada yang
dapat kuajak ngobrol. Akhirnya aku mati kutu. Tapi pengalaman ini sangat
berharga dan suatu saat aku akan kembali solo
traveling.
Dan usai liburan ini, aku
langsung sadar bahwa aku sangat mencintai kota kelahiranku, Surabaya. Kenapa aku
bilang demikian? Karena di sini meski aku menjelajah sendirian dan tersesat di
jalannya, aku tidak pernah merasa sendirian. Aku merasa aman dan senang di
tempat ini. Meski kota ini panas, ramai, padat, dan sebagainya, tapi kota ini
entah bagaimana selalu terasa rumah bagiku. <3
Berikut adalah dokumentasi yang kuambil ketika di Batu, Malang. :))
Ini yang kumaksud objek menarik hanya untuk difoto kalau kalian sendirian :") |
Kalau naik ini harus bayar Rp 10.000,- kalau tidak salah. |
Inilah satu-satunya foto yang ada mukaku :) |
Kaktusnya dijual berkisaran Rp 20.000,- ke atas |
Ini Waterpark-nya |
Alun-alun kota Batu |
Ini Pawvilion-nya. Di tempat duduk itu ada satu anjing. |
Ini makanan yang kupesan. Minumnya sudah tinggal sedikit (aku nggak bakat fotonya ya xD). Makanan dan minumnya enak seriusan. :9 |
Penampakan luar Pawvilion |
Last, ini kaktus yang akhirnya pulang bersamaku. :) |
ELR
9 Juli 2019 pk 17:39
Komentar
Posting Komentar