Harapanku untuk Ibu Kota Baru


Semenjak Negara Indonesia merdeka hingga sekarang, Ibu Kota telah ditetapkan di Jakarta. Sekarang, setelah berpuluh-puluh tahun Indonesia berpusat pada Jakarta, Ibu Kota rencananya dipindahkan di luar pulau Jawa, tepatnya di Kalimantan (Darmawan & Mazhida, 2019). Beberapa penyebabnya antara lain penurunan permukaan tanah, rawan banjir yang terjadi, sistem transportasi yang buruk, kekurangan air bersih dan keterbatasan lahan hingga kerugian ekonomi akibat kemacetan yang terjadi serta tidak efisiennya penggunaan bahan bakar yang mencapai Rp 65 triliun di 2017. Letak Ibu Kota Negara yang berada di pulau Jawa juga menyebabkan tidak meratanya penyebaran penduduk dan kontribusi ekonomi cenderung terpusat di Jawa.


            Ada pun kota yang dibidik menjadi Ibu Kota Negara memiliki beberapa kriteria (Ihsanuddin, 2019). Pertama, berada di tengah wilayah Indonesia. Kedua, daerah itu harus memiliki lahan yang luas untuk dapat dibangun sebuah kota dan harus dimiliki oleh pemerintah atau BUMN. Ketiga, tempat tersebut harus bebas dari risiko bencana seperti banjir, gempa bumi, tsunami, gunung berapi, erosi, atau pun kebakaran hutan serta lahan gambut. Keempat, tempat yang dicari diusahakan dekat dengan kota yang sudah ada agar efisien dalam investasi awal infrastruktur, jadi tidak perlu lagi dibangun bandara atau jalan pusat tetapi menggunakan yang telah tersedia. Kelima, wilayah itu memiliki penduduk dengan budaya terbuka terhadap pendatang sehingga kecil kemungkinan terjadinya konflik sosial. Dan terakhir, pemerintah mempertimbangkan lokasi harus berada jauh dari perbatasan Negara demi pertahanan dan keamanan.


            Sebagai warga Negara Indonesia, saya merasa antusias dengan pemindahan Ibu Kota baru ini. Mungkin saya memang bukan warga Jakarta yang merasakan dampak langsung akibat terlalu padatnya penduduk di sana. Tetapi saya melihat pulau Jawa sudah menampung beban terlalu banyak sehingga diperlukan tindakan untuk mengurangi beban ini. Indonesia yang memiliki banyak pulau dan daerah yang masih belum dimanfaatkan sangat disayangkan kalau dibiarkan sia-sia begitu saja. Bayangkan kalau pusat Indonesia dipindahkan ke luar pulau, maka otomatis banyak orang juga berpindah ke tempat tersebut dan hal yang dapat langsung dirasakan adalah kemacetan yang berkurang serta polusi yang menurun. Sedikit demi sedikit kualitas kota yang dulunya terlalu padat akan kembali lagi seperti pencemaran air berkurang, dan kualitas udara yang lebih bersih dibanding sekarang.


            Nantinya orang-orang tidak akan berebut lahan di pulau Jawa, dan dapat mengoptimalkan lahan di luar pulau Jawa yang masih luas dan mungkin belum tersentuh. Tempat baru juga memungkinkan orang-orang bereksplorasi mencari hal-hal baru yang dapat dilakukan di sana. Secara tidak langsung, dibangunnya Ibu Kota baru ini akan meningkatkan kreativitas penduduk dan mendorong perkembangan SDM secara total di Indonesia. Kemudian penduduk lokal juga memiliki kesempatan untuk hidup yang lebih baik karena pemerataan yang terjadi dan optimalisasi yang dilakukan. Optimalisasi tersebut dapat berupa pembenahan pendidikan di kawasan Kalimantan, perbaikan gizi, berbagai pelatihan UKM yang diadakan, dan lain sebagainya. Jika Ibu Kota sudah terbangun secara maksimal, maka pembangunan dapat menjalar ke kota-kota lain yang masih kurang dinotis. Dapat dibayangkan jika seluruh penduduk Indonesia dari Sabang sampai Merauke sejahtera, tentunya hal ini akan membuat semua orang semakin betah tinggal di Indonesia. Terwujudlah Indonesia sebagai Negara surga yang menaungi penduduk di dalamnya. Namun semoga pembangunan Ibu Kota baru ini tidak memangkas hutan-hutan di Kalimantan karena Kalimantan sendiri terkenal karena hutannya dan sebagai paru-paru dunia.


            Dulunya selalu ada orang yang berkata malas pindah keluar pulau karena di sana tidak ada apa-apa, lebih enak tinggal di Jawa terutama kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan sebagainya. Mungkin hal itu sampai terjadi karena di bayangan kita luar pulau adalah daerah yang terpencil, akses internet minim, listrik yang sering mati, serta pendidikan yang kurang memadai. Jika Ibu Kota baru telah terealisasi, semoga tidak ada lagi orang yang merasa tinggal di luar pulau itu kurang menyenangkan dan terasingkan. Justru kita harus optimis dengan Ibu Kota baru ini. Saya berharap di masa depan nanti dapat berkunjung atau pun menetap di Ibu Kota baru ini. Tempat tinggal baru, kesempatan baru, semangat baru, dan diri yang baru.



Beberapa referensi yang digunakan:

Darmawan, I. A. & Mazhida, A. (2019, Agustus 10). Tiga Lokasi di Kalimantan Dibidik untuk Ibu Kota Baru. [On-line]. Diakses pada tanggal 20 Agustus 2019 dari https://www.medcom.id/ekonomi/mikro/3NOX9BWb-tiga-lokasi-di-kalimantan-dibidik-untuk-ibu-kota-baru

Ihsanuddin. (2019, April 29). Ini Kriteria Daerah yang Akan Jadi Ibu Kota Baru. [On-line]. Diakses pada tanggal 20 Agustus 2019 dari https://nasional.kompas.com/read/2019/04/29/18060111/ini-kriteria-daerah-yang-akan-jadi-ibu-kota-baru?page=all




#Bappenas
#IbuKotaBaru

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Novel Remedy karya Biondy Alfian

My First Solo Traveling Express to Batu, Malang (Ketika si Terisolasi Keluar dari Cangkangnya)

KETIKA KAMU MERASA TIDAK RUPAWAN