Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Harapanku untuk Ibu Kota Baru

Semenjak Negara Indonesia merdeka hingga sekarang, Ibu Kota telah ditetapkan di Jakarta. Sekarang, setelah berpuluh-puluh tahun Indonesia berpusat pada Jakarta, Ibu Kota rencananya dipindahkan di luar pulau Jawa, tepatnya di Kalimantan (Darmawan & Mazhida, 2019). Beberapa penyebabnya antara lain penurunan permukaan tanah, rawan banjir yang terjadi, sistem transportasi yang buruk, kekurangan air bersih dan keterbatasan lahan hingga kerugian ekonomi akibat kemacetan yang terjadi serta tidak efisiennya penggunaan bahan bakar yang mencapai Rp 65 triliun di 2017. Letak Ibu Kota Negara yang berada di pulau Jawa juga menyebabkan tidak meratanya penyebaran penduduk dan kontribusi ekonomi cenderung terpusat di Jawa.             Ada pun kota yang dibidik menjadi Ibu Kota Negara memiliki beberapa kriteria (Ihsanuddin, 2019). Pertama, berada di tengah wilayah Indonesia. Kedua, daerah itu harus memiliki lahan yang luas untuk dapat di...

My First Solo Traveling Express to Batu, Malang (Ketika si Terisolasi Keluar dari Cangkangnya)

Gambar
Ini adalah kali pertamaku menginjakkan kaki di luar Surabaya sendirian dengan rencana ekspres yang mendadak. Semua hal yang menekan dan memuakkan membuatku memutuskan berlibur sejenak keluar dari kota yang panas ini. Juga aku pernah menemukan kalimat yang kira-kira bunyinya seperti ini: “Lebih baik mengeluarkan uang untuk pengalaman dibanding menghabiskan uang untuk membeli barang”. Fix tekadku langsung bulat untuk cari hari berlibur keluar kota. Karena sedari dulu aku sangat menyukai tempat yang dingin, kemudian butuh yang dekat agar tidak memakan banyak waktu, maka pilihanku jatuh pada kota Batu, Malang. Dengan bermodalkan uang seadanya dan sedikit keberanian, aku pun memesan tiket kereta api pada hari Jumat, 3 Mei 2019. Destinasiku sebenarnya tidak begitu terencana dengan baik. Aku mengagendakan tempat yang harus kutuju terutama adalah Pawvilion, Dog CafĂ©. Tetapi aku juga sangat ingin jalan-jalan di Batu yang notabene lebih dingin dibanding di Malang. Sementara Pawvilion ter...

Welcome to The Club a.k.a Dating App, (desperate) People!

Gambar
Aku adalah orang yang skeptis pada dating app . Menurutku, orang-orang yang memiliki aplikasi pencari jodoh ini adalah orang yang desperate demi menemukan jodohnya. Orang-orang yang punya aplikasi ini payah dan istilah buruknya adalah tidak laku. Yah, aku tidak ingin bernasib seperti mereka. Tapi setidaknya hingga aku sendiri mengunduh salah satu dating app yang disarankan temanku. Okay , sekarang aku jadi salah satu anggota pencari jodoh yang desperate ini. Sistem memilih orang yang disukai adalah dengan swipe kiri dan swipe kanan. Jika aku merasa lawan jenis yang muncul cocok dengan tipeku, maka jariku akan menggeser layar handphone ke kanan. Sebaliknya, jika orang tersebut tidak sesuai dengan kriteriaku, maka aku akan membuangnya ke sebelah kiri. Sesimpel itu. Kalau dipikir-pikir, hal itu lucu juga ya. Kita hanya perlu menentukan seleksi berdasarkan screening yang tidak akurat  seperti itu. Pola seperti ini akan sangat merugikan bagi orang yang memili...