Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2017

Janjiku

Secara resmi, hari ini adalah hari terakhir dalam tantangan menulis 10 hari dari #KampusFiksi. Rasanya senang sekaligus sedih, karena tantangannya sudah selesai. Tapi tentunya akan ada tantangan lainnya. Mmm, untuk tantangan kali ini, aku sedikit berpikir keras. Oh ya, aku ingin sedikit berganti bahasa penulisan dalam kata ganti “saya”. Kalau dipikir-pikir, menggunakan panggilan “saya” terlalu baku dan membosankan. Hal yang aku berjanji tidak melakukannya lagi yaitu “ngrasani” orang lain. Sebenarnya aku sudah melakukannya dari saat SMA, tapi di sini aku tegaskan lagi supaya aku mengingatnya. Semenjak SMA, aku menyadari kalau membicarakan orang lain dari belakang adalah hal yang tidak baik. Kalau kita melakukannya, maka suatu hari nanti orang lain juga akan berlaku demikian ke kita. Hal kedua yaitu aku berjanji tidak akan menangis di depan orang lain yang aku benar-benar tidak akrab. Bagiku, menangis adalah hal yang memalukan. Maka dari itu aku berusaha supaya tidak menangis se...

Pesan yang "Non-lisan"

Untuk memenuhi tantangan menulis di hari ke-9 dari #KampusFiksi ini, diharuskan menulis surat untuk seseorang. Saya jadi terpikir sesuatu. Awalnya kepala saya kosong, saya tidak berpikir untuk mengirim surat pada siapa pun. Tapi setelah merenung sejenak, saya tahu saya akan menulis surat untuk siapa. Pertama-tama, baca surat ini dengan perasaan netral ya, jangan berpandangan macam-macam, cukup dipandang dengan objektif... Dear “ someone ”, Sekarang kamu sedang apa? Sudah sangat lama kita tidak bertemu, dan sudah sangat lama kita tidak mengobrol. Karena setiap kali kita berpapasan, kita saling membuang muka. Setelah sekian lama aku memendam perasaan ini, akhirnya aku memberanikan diri untuk mengajakmu bertemu dan menyatakan perasaanku. Tapi hari itu kamu sibuk, sehingga kamu menolak untuk bertemu denganku mentah-mentah. Aku sangat sedih dan sedikit patah hati. Namun beberapa hari kemudian aku sudah tidak tahan lagi memendam rasa suka ini terlalu lama, akhirnya aku mengu...

Tentang Diri Saya (Day 8)

Manusia. Satu kata. Satu makhluk hidup. Satu hal yang sangat rumit. Meskipun menghabiskan waktu dengan satu manusia, kita tidak akan pernah dapat menebak apa yang akan dilakukan. Manusia adalah makhluk dinamis, selalu berubah, tidak mudah ditebak. Saya sendiri juga adalah seorang manusia. Maka dari itu saya ingin berbagi sedikit cerita mengenai diri saya yang berbeda dari pendapat orang-orang sekitar. Pertama, saya adalah orang yang sangat cerewet, bukanlah pendiam. Banyak orang yang mengira saya adalah orang yang suka diam seribu bahasa, tapi nyatanya saya dapat bicara 24 jam non stop. Namun tentunya saya hanya secerewet itu jika sedang bersama orang yang benar-benar dekat. Kedua, orang-orang mengira saya adalah orang yang kalem. Nyatanya sama sekali tidak!! Saya adalah orang yang pecicilan dan sedikit ceroboh. Konyol memang, tapi saya cukup sering terjatuh (tentunya karena tersandung atau karena licin). Pokoknya saya merasa saya adalah manusia yang hina (memalukan)! Tiga, ...

Untaian Kata Penguat

Secara teknis, hari ini adalah hari ketujuh dalam tantangan menulis dari Kampus Fiksi ini, namun, dalam hitungan pasti yang saya kerjakan adalah hari kedua. Yah, meski begitu, saya tetap ingin mengikutinya. Mmm, tantangan kali ini adalah menulis tulisan yang membuat saya jadi kuat (khususnya dalam menjalani kehidupan). Wah, tentu dengan bangga saya akan menulis dan memamerkan tulisan yang dapat membuat saya lebih kuat atau tegar. “Kebahagiaan berasal dari diri sendiri, bukan dari orang lain. Luangkan waktu sejenak untuk bahagiakan diri, karena diri kita pantas dapatkan kebahagiaan. Jangan biarkan orang lain mengusik kegembiraanmu, tetaplah bergembira meski banyak orang yang mencibirmu. Mereka tidak pantas merenggut kegembiraanmu. Dan mereka tidak sanggup menghancurkan kebahagiaan kita. Karena setiap manusia diciptakan untuk berbahagia ...” Tulisan barusan adalah original karangan saya, tapi saya juga pernah mendengar pepatah yang bagus dan sangat menginspirasi serta memberi...

Bangga yang Subjektif

#KampusFiksi 10 Days Writing Challenge : Day 6 Manusia melihat segala sesuatu melalui sudut pandangnya. Sudut pandang setiap orang selalu berbeda-beda, tidak ada yang benar maupun salah. Begitu pula dengan hal-hal yang kita banggakan. Kebanggaan adalah hal yang subjektif, maka dari itu bisa saja kita bangga akan suatu hal sedangkan bagi orang lain itu ‘cetek’. Saya pribadi memiliki beberapa kebanggaan namun orang lain meremehkannya. Tidak salah orang lain memandangnya sebelah mata karena sudut pandang ini. Berhubung ada kesempatan untuk sedikit bercerita, maka saya ingin membagi cerita mengenai hal yang saya banggakan tapi dianggap payah oleh orang lain. Pertama-tama, ketika saya menemukan diksi-diksi baru (bagi saya sendiri) dan dapat mengembangkan gaya bercerita saya. Ada teman saya yang menganggap bahwa itu hal biasa, saya pun maklum saja karena dia sendiri kemampuannya telah di atas saya. Tetapi, menilik dari kemampuan saya dulunya, perkembangan ini terasa cukup ...